Jumat, 20 Maret 2015

Kasihan Matahari...

Aku tidak ingat apakah aku pernah menuliskan banyak hal tentang bulan.
Ataukah tentang bintang-bintang malam.
Atau tentang langit biru cerah, dan awan putih yang menyelimuti.
Atau tentang hujan dan gemuruh yang menemaninya.
Aku belum menuliskan banyak hal, tentunya.
Tapi aku ingat. Aku pernah menuliskan tentang matahari.
Tulisan singkat yang terlupakan.

Kita sering mengeluh kepanasan.
Mencari-cari kesalahan matahari.
Sering kita marah karena keringat yang bercucuran.
Lalu kembali menyalahkan matahari.
Kita kesal karena teriknya pancaran sinar matahari pada suatu hari.
Lagi-lagi memaki matahari.

Kasihan matahari.
Apa yang salah dengannya?
Kenapa orang-orang memaki dirinya, membenci panasnya.
Lihatlah.
Terkadang dia hanya singgah sebentar.
Mengajak langit dan awan bermain-main menghabiskan waktu.
Lalu awan meninggalkannya.
Hanya bermain sendirian di kemahaan langit yang biru luas.
Langit tak mampu menahan teriknya.
Lalu orang-orang mulai menyalahkan matahari karena teriknya yang amat.

Atau terkadang sebaliknya.
Awan, dan orang-orang menyuruh matahari untuk pergi.
Awan seketika datang berarak mengusir matahari.
Dan beberapa orang mulai menggumam agar matahari segera menurut saja pergi.

Lalu matahari menjadi sedih.
Ia pergi.
Meninggalkan orang-orang yang bergembira bersama turunnya rintik-rintik hujan dari langit.

Hei, lalu titik-titik hujan itu miliknya siapa?
Bukankah matahari yang bersedih kepada langit, awan dan orang-orang?

F. F. K.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar