Sejak dulu aku suka berlari.
Berlari yang jauh, atau berlari cepat.
Sampai sekarang pun juga.
Bahkan di dalam rumah,
aku sering berlari.
Berlari dari kamarku menuju pintu depan.
Berlari, ketika terdengar gesekan besi pagar rumah yang terdorong membuka.
Berlari, untuk membukakan pintu rumah bagi kedua lelaki itu.
Ayah dan adikku,
selepas maghrib,
yang kembali dari shalat berjamaah di masjid.
Kuharap aku masih akan diberi nikmat itu,
nikmat untuk bisa berlari di masa nanti, untukmu
lelaki dunia-akhiratku.
Berlari setelah menunggumu pulang,
berlari dari entah bagian mana rumah kita,
dengan air wudhu yang mungkin sudah setengah mengering di wajah,
atau mungkin baru hendak membasuhnya ketika terdengar salam darimu,
selepas maghrib itu.
F. F. K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar