"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"
Ya, tentu saja. Itu sebuah keharusan bagi penghambaan yang ikhlas akan takdirnya.
Akan menjadi suatu ketidakpatuhan jika ia membenci angin yang telah melepaskannya dari pegangan kehidupannya pada pohon itu.
Bercermin pada pengikhlasan daun yang tak pernah membenci angin,
hati manusia yang kerdil dan lebih banyak keruhnya ini pun terus belajar seikhlas daun,
yang meski dijatuhkan oleh angin, diterbangkan entah akan kemana jatuhnya,
ia tetap tak membencinya.
ia patuh pada keputusan bagi hidupnya.
Mengapa pula harus membenci angin?
ia pun hanya mematuhi perintah, sabda semesta..
Mengapa pula harus membenci yang memiliki sabda?
Ia yang mengatur kebaikan semuanya,
baik penerimaan yang langsung,
maupun penerimaan yang terus diusahakan seiring berjalannya waktu..
Bahkan setelah jatuh pun, sesungguhnya semua masih memancarkan keindahannya.
Jangan membenci angin, karena ia juga tak berdaya, hanya pula patuh pada ketetapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar