Kamis, 25 Juli 2013

Kita Semua Mengetahuinya

Namun sesungguhnya kita semua tahu kebenarannya.
Ya, kita semua. Kita semua yang menjadi lakon dalam semesta ini. Kita, langit, bumi, pohon, hujan, pusaran badai, gerombolan awan, matahari, burung-burung, lautan.
Bahkan semut kecil yang ada di sudut perjalanannya itu pun tahu pasti bahwa setelah rintik, badai, berderai-derai beban berat tertumpah yang dibawa langit nan luas, kita semua tahu bahwa akan selalu ada pelangi setelahnya.
Akan selalu ada pelangi yang kembali melengkungkan senyuman semesta di luasnya langit kelam yang perlahan-lahan kembali bersinar cerah bersama kilauan sang matahari.
Kita semua tahu itu.
Begitu pun berlaku pada kehidupan manusia.
Hal-hal luar biasa, konspirasi alam semesta, yang dilukiskan Yang Mahasegala pada semua hal yang tidak mampu diciptakan manusia itu, pun akan dilukiskan pada hari-hari tak sempurna kita.
Pelangi itu akan selalu ada pada kumpulan hari-hari berikutnya, pada kumpulan hari-hari setelah pengikhlasan itu bukan hanya sebuah kata bak bulan sabit, namun saat ia telah menjadi bulat penuh purnama.
Dan bulat penuh purnama itu perlu waktu.
Semua perlu waktu.
Namun jangan terlena pada waktu.
Karena bahkan waktu yang sanggup menyimpan semua kejadian pun juga mampu menghianati hati manusia.
Maka menunggulah sedikit lagi.
Menunggulah lagi dengan tambahan segelas penuh kesabaran. Jika gelas tadi telah hampir kosong namun senyum semesta masih belum tampak dari hamparan bumi ini, maka tambahlah lagi sepoci penuh kesabaran menunggu kepastian itu.
Temukanlah mata air kesabaran
Karena hati manusia tidak pernah cukup dalam hal apapun.
Kembalilah menunggu, dalam pengikhlasan yang penuh.
Sampai lelah pun, kembalilah menunggu.
Tak perlu takut dengan penghianatan waktu.
Karena bahkan waktu pun ada yang mengaturnya.
Begitu juga dengan sapaan pelangi tadi, pun pasti akan tiba pada waktunya.
Ya, kita semua mengetahuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar