Maka sepertinya langit sudah memberikan jawaban. Meski jawaban yang ditunjukkan adalah suatu jawaban yang samar, kelam, dan sedikit menyakitkan--tidak, tapi sangat menyakitkan. Tiada lelah berupaya, namun kebingungan sudah terlalu menguasai semua. Cuaca pun kini menjadi semakin tak menentu. Kadang begemuruh, hujan lebat tak tahu mengapa, kadang terasa tenang. Cukup tenang. Lalu kembali berawan. Sedikit rintik, namun tak mengapa, itu sudah biasa. Bahkan jauh sebelum semua ini. Semua sudah dibiasakan. Orang lain mungkin mencoba pahami. Tapi kalian tahu, kalian tak akan mengerti. Secuil pun yang kalian anggap telah kalian pahami, sesungguhnya tiada yang kalian pahami. Sejatinya, kalian tidak terlalu peduli. Sungguh, hanya sebuah hati dan Yang Mahamemiliki lah yang mengetahui. Bahkan yang tidak diketahui oleh sebuah hati itu sendiri.
Apakah kini waktunya memilih kembali jalan? Meneruskan perjalanan tanpa menoleh lagi kepada semua yang telah lalu. Atau meneruskan perjalanan, namun raga, pikiran, dan hati masih berada pada tempat yang sama--selalu ditempat semula-?
Hingga kini, kau masih belum beranjak pergi dari tempat semula. Sadarkan dirimu sendiri. Tiada yang akan menyadarkan. Sadarlah.
Maka langit sesungguhnya hanya memberi sedikit lagi tambahan kepedihan. Mungkin belum untuk jawaban.
Dan ikhlas pun masih dengan ketetapian. Sungguh, itu belumlah sebuah keikhlasan. Karena keikhlasan bukan perkara detik, menit, jam, atau hari. Tapi perkara yang butuh waktu tahunan untuk menanggalkan ketetapiannya. Tahunan.
Maka langit sesungguhnya hanya memberi sedikit lagi tambahan kepedihan. Mungkin belum untuk jawaban.
Dan ikhlas pun masih dengan ketetapian. Sungguh, itu belumlah sebuah keikhlasan. Karena keikhlasan bukan perkara detik, menit, jam, atau hari. Tapi perkara yang butuh waktu tahunan untuk menanggalkan ketetapiannya. Tahunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar