Minggu, 06 Oktober 2013

Sebuah 'Nyawa' yang Kita Sebut sebagai 'Kedewasaan'

Aku kini telah yakin akan sesuatu. Aku tahu, sudah tahu, hanya saja aku kini sudah sedikit lebih tahu dan juga sedikit lebih mengerti. Aku belajar. Ya, tentu saja. Aku belajar karena aku sedang mempersiapkan diri untuk masa depan. Tapi apa yang tadi sudah lebih tahu? Oh... inti sebenarnya singkat saja. Tapi begini, coba dengarkan aku.

Pendiam, cerewet, manja, suka ngambek, mudah terharu, mudah menangis, kadang kekanak-kanakan, sok imut, blak-blakan, sok manis, sok baik, tegas, rajin, introvert, kadang teguh pendirian, kadang percaya pada 'prinsip kedua', tiba-tiba menjadi bijak, sok tua, dewasa dan banyak lagi lainnya. Kalian tahu apa maksud semua itu? Semua itu adalah sebagian dari jenis sifat dan sikap manusia. Semua itu (tentu saja) ada pada diri setiap manusia. Lalu apa masalahnya? Apa yang membedakan pemiliknya? Masalahnya dan yang membedakannya adalah pemiliknya. Manusianya.

Lalu semua sifat dan sikap tadi punya masing-masing waktunya, tempatnya, situasinya, sudut pandang orang-orang, lingkungannya, dan pengaruh orang-orang lain yang berkaitan dengan sistem kehidupan individu tersebut. Terutama kemudian adalah kadarnya. Siapa yang mengaturnya? Diri kita sendirilah yang mengaturnya. Kadang butuh waktu yang lama, kadang butuh waktu yang sangat singkat. Maka untuk memahami seseorang, kita tidak bisa hanya menilainya disaat salah satu sifat yang tidak kita sukai itu muncul padanya, lalu kita selalu 'menyalahkan'nya. Karena mungkin saja sifat bagus yang dimilikinya belum kita temukan, belum muncul, dan belum bisa kita lihat pada waktu itu.

Lalu aku pun juga membuat sebuah kesimpulan. Bukan sekedar kesimpulan asal, tapi aku membuatnya setelah aku cukup banyak melihat kejadian. Bukankah sudah kubilang aku terus belajar? Ya, aku tidak mau disebut anak kecil yang tidak belajar apa-apa. Karena sesungguhnya juga aku sudah bukan lagi anak kecil. Aku menyimpulkan, walau ini adalah kesimpulan lama, bahwa tuanya umurmu belum menjamin dewasanya kehidupanmu. Ya, aku setuju. Tuanya umurmu tak selalu sejalan dengan semakin meningkatnya kedewasaanmu. Dan banyak orang-orang yang begitu. Getting older doesn't always mean you are also getting mature.

Lalu apakah orang-orang yang selalu berbicara tentang kedewasaan dan mengaku-aku dirinya tergolong orang dewasa itu sudah benar-benar dewasa? Bisa kukatakan, mungkin mereka juga belum dewasa. Mengapa? Karena sejatinya kedewasaan sama dengan sifat-sifat baik lainnya. Bukan diri kita sendiri yang melihat, tapi orang lain lah yang melihat dan menilai. Salahkah sikap mereka? Oh, tentu tidak, karena begitulah manusia. Semua tergantung pada 'sudut pandang' siapa saja.

Kedewasaan tumbuh seiring kau berjalan dengan waktu. Seiring kau berpacu dengan waktu. Seiring kau bertaut dengan wajah kehidupan. Apakah menjadi masalah jika kau tidak menjadi dewasa? Ya, itu akan masalah hanya jika tidak pada tempatnya dan waktunya. Oh, mengapa demikian? Lihat saja orang-orang tua kalian. Disaat mereka sedang bersama-sama, mereka pun bahkan bisa lebih kekanakan daripada remaja yang baru mengenal percintaan. Jika melihat peristiwa itu, salahkah ketidak dewasaan mereka? Tentu tidak. Itulah warna kehidupan. Tingkat kedewasaanmu bergantung kepada dengan siapa kau sedang bersama. Ada sebuah pepatah "My level maturity is depend on who I'm with". Kata "with" ini memiliki makna ganda jika kau pahami. Tentulah kalian tahu makna 'with' pertama. Bagaimana jika yang kedua adalah bermakna 'with-out' alias 'without'?. Tingkat kedewasaanmu kau bagi dengan tingkat bermanja-manja dan kekanak-kanakanmu saat kau sedang bersama dengan orang lain. Begitulah manusia, sering butuh perhatian manusia lainnya. Tentu saja, saat kau sedang "tidak bersama-sama" orang lain, kau tidak membagi dan menggantungkan kedewasaan dan sikap tangungjawabmu kepada orang lain. Kau menjatuhkannya hanya pada dirimu sendiri. Sudah seharusnya saat seseorang sendiri, tingkat kedewasaannya berada di puncak tertinggi. Karena memang begitulah sistemnya. Memang begitulah waktu-waktu yang tepatnya untuk tiap-tiap sifat dan sikap itu 'muncul' dan berada.

Maka ku katakan, jangan harap kau menemukan 'kedewasaan' penuh pada orang yang sedang bersama, karena dia membagi kedewasaan itu dengan sikap kekanak-kanakannya dengan orang(-orang) lain tersebut. Pun dengan orang yang tidak bersama-sama dengan orang lain. Karena semua 'nyawa' itu kita sama-sama memilikinya. Tinggal tergantung pada diri kita masing-masing.

Begitulah sistemnya. Begitulah prinsip kerjanya jika saja kita ingin mencoba mengerti, memahami dan menghayatinya.

Jika aku salah memahami, mungkin 'nyawa' agung itu belum sepenuhnya bersemayam di dalam diri ini. Harap dimaklumi. Aku juga sama, seorang manusia biasa yang masih terus mencari dan belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar