Senin, 17 November 2014

Siul Tiup Lilin

Aku selalu berkata kepada diri sendiri. Banyak hal baik dan membahagiakan yang terjadi di setiap harinya yang bisa kita syukuri. Beberapa hari menjelang yang kaum manusia sebut sebagai hari-ulang-tahun, yaitu hari ini, aku memulai hari seperti biasa. Kejadian pagi tadi sudah kuceritakan. Lepas Zuhur aku beranjak pulang. Tidak ada yang istimewa. Sama seperti hari-hari lainnya, hari-hari yang biasa dengan banyak hal luar biasa yang selalu membuatku merasa menjadi salah seorang yang harusnya bersyukur masih diberi kehidupan yang luar biasa.

Biasanya aku butuh dua trayek angkutan umum agar aku bisa sampai ke rumah. Di angkutan kedua aku duduk di bangku yang menghadap berlawanan dengan punggung sang sopir, di pinggir pintu masuk, setelah sebelumnya mampir ke sebuah supermarket untuk membeli sesuatu. Tak begitu jauh berjalan, naiklah seorang anak laki-laki berseragam sekolah menengah atas yang kemudian duduk di sampingku. Aku tak kenal dia, begitupun dia tak kenal aku. Mungkin dia satu tingkatan sekolah sama seperti adikku. Kemudian tak lama setelah mobil kembali berjalan, dia bersiul. Inilah yang membuatku tiba-tiba tersenyum seorang diri. Dia menyiulkan sebuah irama lagu ulang tahun, atau mungkin lebih tepatnya jika dinyanyikan, siulannya bernyanyi untuk liriknya yang seperti ini: "Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga..." Aku terkadang tak bisa menahannya untuk mengekspresikan apa yang tiba-tiba kurasakan. Jadi ketika dia bersiul lagu tersebut, aku tiba-tiba tersenyum dan ingin tertawa karena seketika aku teringat, "Haha, sebentar lagi hari ulang tahunku. Apakah ini termasuk salah satu hadiah kejutan dari semesta sebagai penghiburan untukku?"

Ya, aku tidak ingin mengistimewakan hari itu. Terkadang sesuatu yang kita anggap istimewa akan membawa kekecewaan yang lebih dari sesuatu yang kita anggap biasa, jika kita terlalu mengharapkannya. Jadi aku akan menganggapnya sebagai sebuah hari yang biasa saja seperti hari-hari biasa lainnya, namun membawa banyak hal yang luar biasa disetiap akhir harinya. Bukankah pada dasarnya memang ia hanyalah sebuah hari biasa lainnya? Karena setiap detik aku bernapas, setiap detik pula hidupku berubah. Tak perlu menunggu hitungan hingga hari itu, kan? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar